Nazi bertanggung jawab atas terjadinya Holocaust, yaitu pembunuhan
sekitar enam juta (meskipun jumlahnya diragukan) kaum Yahudi (kebanyakan
Ashkenazim), serta dua juta etnis Polandia dan empat juta orang lainnya yang dianggap "tidak layak hidup" (termasuk orang cacat dan sakit jiwa, tahanan perang Soviet, homoseksual, Freemason, Saksi-Saksi Yehuwa, dan Romani) sebagai bagian dari program pemusnahan dengan sengaja. Sekitar 12 juta orang, kebanyakan penduduk Eropa Timur, dipekerjakan sebagai buruh paksa di ekonomi perang Jerman.[310]
Terlepas dari semua itu, ada beberapa pihak yang meragukan jumlah
korban Holocoust. Mereka beranggapan bahwa korban Holocoust tidak sampai
mencapai 6 juta orang, melainkan hanya ratusan ribu saja. Peristiwa ini
juga dianggap oleh pihak-pihak tertentu sebagai propaganda untuk
menarik simpati terhadap berdirinya negara Israel. Banyaknya negara-negara Eropa
memberikan hukuman bagi siapa saja yang tidak percaya pada peristiwa
Holocoust dan seringnya peristiwa ini ditunjukkan dalam film-film dan
dalam buku-buku sejarah, membuat pihak-pihak tersebut ragu akan
kebenaran peristiwa ini. Namun, terlepas dari semua keraguan itu,
peristiwa pembantaian dan penyiksaan terhadap Yahudi benar-benar ada,
meskipun jumlah korbannya masih kontroversial.
Selain kamp konsentrasi Nazi, gulag (kamp buruh) Soviet mengakibatkan kematian warga sipil negara-negara yang diduduki seperti Polandia, Lituania, Latvia, dan Estonia, serta tahanan perang Jerman dan bahkan warga sipil Soviet yang dianggap mendukung Nazi.[311] Enam puluh persen tahanan perang Jerman di Soviet tewas sepanjang perang.[312] Richard Overy
memberi jumlah 5,7 juta tahanan perang Soviet. Dari jumlah tersebut, 57
persen meninggal dunia atau dibunuh dengan jumlah 3,6 juta orang.[313]
Mantan tahanan perang Soviet dan warga sipil yang pulang diperlakukan
dengan kecurigaan luar biasa sebagai pendukung Nazi yang potensial, dan
beberapa di antara mereka dikirim ke Gulag setelah diperiksa NKVD.[314]
Kamp tahanan perang Jepang, kebanyakan dipakai sebagai kamp buruh, juga memiliki tingkat kematian tinggi. Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh menemukan tingkat kematian tahanan Barat adalah 27,1 persen (37 persen untuk tahanan perang Amerika Serikat),[315] tujuh kali lebih tinggi daripada tahanan perang di Jerman dan Italia.[316] Sementara 37.583 tahanan dari Britania Raya, 28.500 dari Belanda, dan 14.743 dari Amerika Serikat dilepaskan setelah penyerahan diri Jepang, tahanan Cina yang dilepas hanya 56 orang.[317]
Menurut sejarawan Zhifen Ju, sedikitnya lima juta warga sipil Cina
dari Tiongkok utara dan Manchukuo diperbudak antara 1935 dan 1941 oleh Dewan Pembangunan Asia Timur, atau Kōain, untuk bekerja di pertambangan dan industri perang. Setelah 1942, jumlah ini mencapai 10 juta orang.[318] U.S. Library of Congress memperkirakan bahwa di Jawa, antar 4 dan 10 juta romusha
(bahasa Indonesia: "buruh manual"), dipaksa bekerja oleh militer
Jepang. Sekitar 270.000 buruh Jawa dikirim ke wilayah pendudukan Jepang
lain di Asia Tenggara, dan hanya 52.000 orang yang pulang ke Jawa.[319]
Pada tanggal 19 Februari 1942, Roosevelt menandatangani Perintah Eksekutif 9066 yang menahan ribuan orang Jepang, Italia, Jerman Amerika, dan sejumlah emigran dari Hawaii yang mengungsi setelah pengeboman Pearl Harbor sampai perang berakhir. Pemerintah A.S. dan Kanada menahan 150.000 warga Jepang Amerika.[320][321] Selain itu, 14.000 penduduk Jerman dan Italia di A.S. yang dianggap sebagai risiko keamanan juga ditahan.[322]
Sesuai perjanjian Sekutu pada Konferensi Yalta, jutaan tahanan perang dan warga sipil dimanfaatkan sebagai buruh paksa oleh Uni Soviet.[323] Dalam hal Hongaria, penduduknya dipaksa bekerja untuk Uni Soviet sampai 1955.[324]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar