Walaupun arsitektur keagamaan tersebar luas di seluruh pelosok Indonesia, seni arsitektur ini berkembang pesat di Pulau Jawa.
Pengaruh sinkretisasi agama di Jawa meluas sampai ke dalam arsitektur,
sehingga menghasilkan gaya-gaya arsitektur yang berkhas Jawa untuk
bangunan-bangunan ibadah agama Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen.
Sejumlah bangunan agama seperti candi,
yang seringkali berukuran besar dan didisain secara kompleks, banyak
dibangun di Pulau Jawa pada zaman kejayaan kerajaan Hindu-Buda Indonesia
antara abad ke-8 sampai ke-14. Candi-candi Hindu tertua yang masih
berdiri di Jawa terletak di Pegunungan Dieng.
Diperkirakan dahulu terdapat sekitar empat ratus candi di Dieng yang
sekarang hanya tersisa delapan candi. Pada awalnya, struktur
bangungan-bangunan di Dieng berukuran kecil dan relatif sederhana. Akan
tetapi tingkat kemahiran arsitektur di Jawa semakin meningkat. Dalam
kurun waktu seratus tahun saja kerajaan kedua Mataram telah dapat
membangun kompleks candi Prambanan di dekat Yogyakarta yang dianggap sebagai contoh arsitektur Hindu terbesar dan terbagus di Jawa.
Candi Borobudur, sebagai monumen umat Buddha yang tercantum di dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO, dibangun oleh wangsa Syailendra
antara tahun 750 sampai dengan 850 Masehi, tetapi kemudian ditinggalkan
sesaat seketika Borobudur telah siap dibangun, merujuk pada saat
mundurnya agama Buddha dan perpindahan kekuasaan ke sebelah timur Jawa.
Borobodur memiliki sejumlah besar pahatan-pahatan menarik yang
menampilkan cerita yang apabila dicermati mulai dari tingkat bawah
sampai ke tingkat atas merupakan metafor peraihan pencerahan. Dengan
mundurnya Kerajaan Mataram,
sebelah timur Jawa menjadi pusat arsitektur keagamaan dengan gaya yang
sangat menarik yang mencerminkan Siwaisme, Buddha dan pengaruh khas
Jawa; sebuah fusi yang mencerminkan karakteristik agama di seluruh pulau
Jawa.
Pada abad ke-15, Islam sudah jadi agama berkuasa di Jawa dan Sumatra,
yaitu pulau-pulau yang paling banyak penduduknya. Seperti agama Hindu
dan Buddha sebelumnya, pengaruh asing yang ikut agama baru ini menampung
dan menafsirkan sedemikian rupa menghasilkan gaya-gaya arsitektur
mesjid yang berkhas Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar