Soekmono,
seorang arkeolog terkemuka di Indonesia, mengidentifikasi perbedaan
gaya arsitektur (langgam) antara candi Jawa tengah dengan candi Jawa
Timur. Langgam Jawa Tengahan umumnya adalah candi yang berasal dari
sebelum tahun 1000 masehi, sedangkan langgam Jawa Timuran umumnya adalah
candi yang berasal dari sesudah tahun 1000 masehi. Candi-candi di
Sumatera dan Bali, karena kemiripannya dikelompokkan ke dalam langgam
Jawa Timur.
[2][13][14]
Bentuk bangunan |
Cenderung tambun |
Cenderung tinggi dan ramping |
Atap |
Jelas menunjukkan undakan, umumnya terdiri atas 3 tingkatan |
Atapnya merupakan kesatuan tingkatan. Undakan-undakan kecil yang
sangat banyak membentuk kesatuan atap yang melengkung halus. Atap ini
menimbulkan ilusi perspektif sehingga bangunan berkesan lebih tinggi |
Kemuncak atau mastaka |
Stupa (candi Buddha), Ratna, Wajra, atau Lingga Semu (candi Hindu) |
Kubus (kebanyakan candi Hindu), terkadang Dagoba yang berbentuk tabung (candi Buddha) |
Gawang pintu dan hiasan relung |
Gaya Kala-Makara; kepala Kala dengan mulut menganga tanpa rahang
bawah terletak di atas pintu, terhubung dengan Makara ganda di
masing-masing sisi pintu |
Hanya kepala Kala tengah menyeringai lengkap dengan rahang bawah terletak di atas pintu, Makara tidak ada |
Relief |
Ukiran lebih tinggi dan menonjol dengan gambar bergaya naturalis |
Ukiran lebih rendah (tipis) dan kurang menonjol, gambar bergaya seperti wayang Bali |
Kaki |
Undakan jelas, biasanya terdiri atas satu bagian kaki kecil dan satu
bagian kaki lebih besar. Peralihan antara kaki dan tubuh jelas
membentuk selasar keliling tubuh candi |
Undakan kaki lebih banyak, terdiri atas beberapa bagian batur-batur
yang membentuk kaki candi yang mengesankan ilusi perspektif agar
bangunan terlihat lebih tinggi. Peralihan antara kaki dan tubuh lebih
halus dengan selasar keliling tubuh candi lebih sempit |
Tata letak dan lokasi candi utama |
Mandala konsentris, simetris, formal; dengan candi utama terletak
tepat di tengah halaman kompleks candi, dikelilingi jajaran candi-candi perwara yang lebih kecil dalam barisan yang rapi |
Linear, asimetris, mengikuti topografi (penampang ketinggian)
lokasi; dengan candi utama terletak di belakang, paling jauh dari pintu
masuk, dan seringkali terletak di tanah yang paling tinggi dalam
kompleks candi, candi perwara terletak di depan candi utama |
Arah hadap bangunan |
Kebanyakan menghadap ke timur |
Kebanyakan menghadap ke barat |
Bahan bangunan |
Kebanyakan batu andesit |
Kebanyakan bata merah |
Meskipun demikian terdapat beberapa pengecualian dalam pengelompokkan
langgam candi ini. Sebagai contoh candi Penataran, Jawi, Jago, Kidal,
dan candi Singhasari jelas masuk dalam kelompok langgam Jawa Timur, akan
tetapi bahan bangunannya adalah batu andesit, sama dengan ciri candi
langgam Jawa Tengah; dikontraskan dengan reruntuhan
Trowulan seperti
candi Brahu, serta candi Majapahit lainnya seperti
candi Jabung dan
candi Pari
yang berbahan bata merah. Bentuk candi Prambanan adalah ramping serupa
candi Jawa Timur, tapi susunan dan bentuk atapnya adalah langgam Jawa
Tengahan. Lokasi candi juga tidak menjamin kelompok langgamnya, misalnya
candi Badut
terletak di Malang, Jawa Timur, akan tetapi candi ini berlanggam Jawa
Tengah yang berasal dari kurun waktu yang lebih tua di abad ke-8 masehi.
Bahkan dalam kelompok langgam Jawa Tengahan terdapat perbedaan
tersendiri dan terbagi lebih lanjut antara langgam Jawa Tengah Utara
(misalnya kelompok Candi Dieng) dengan Jawa Tengah Selatan (misalnya
kelompok Candi Sewu). Candi Jawa Tengah Utara ukirannya lebih sederhana,
bangunannya lebih kecil, dan kelompok candinya lebih sedikit; sedangkan
langgam candi Jawa Tengah Selatan ukirannya lebih raya dan mewah,
bangunannya lebih megah, serta candi dalam kompleksnya lebih banyak
dengan tata letak yang teratur.
Pada kurun akhir Majapahit, gaya arsitektur candi ditandai dengan
kembalinya unsur-unsur langgam asli Nusantara bangsa Austronesia,
seperti kembalinya bentuk
punden berundak. Bentuk bangunan seperti ini tampak jelas pada
candi Sukuh dan
candi Cetho di lereng gunung Lawu, selain itu beberapa bangunan suci di lereng
Gunung Penanggungan juga menampilkan ciri-ciri piramida berundak mirip bangunan piramida Amerika Tengah.